Minggu, 01 April 2012

catatan perjalanan KBU. 09.387/ a. ancalatara

PENDAHULUAN
kawasan hutan pegununganan mertus di kabupaten Hulu Sungai tengah mempunyai luas sekitar 46.270 ha.sebagian besar terhampar di kecamatan Bantang Alai Timur dan kecamatan Hantakan. Gunung Halau- Halau merupakan gunung tertinggi (1.892 mdpl) di gugusan pegununggan meratus
Kawasan pegunungan meratus kaya akan keaneka ragamam hayati (biodiversitiy) ditemukan sekitar 163 jenis pohon, terdiri atas 29 jenis yang termasuk dalam 4 generasi jenis pohon yang paling dominan adalah pohon meranti.
Kawasan pegunungan meratus merupakan catmint area di kab Hulusungai Tengah.  Dimana terdapat dua sub daerah aliran sungai utama yang berhulu di pegunungan meratus, yaitu sub Das Batang Alai dan sub Das Barabai. Selain itu terdpat pula beberapa air terjun, antara lain air terjun  Gusdurdisungai karuh, AT minit Indian disumbai, At sisayang di Batu Perahu, AT Riam Tiang di Aing   Bantai dan AT Tumawung di Datar Ajab.
Gua alam yang terdapat di kawasan pegunungan meratus antara lain Gua Saysayap dan Gua Barangin di kecamatan Batang Alai Timur, Gua Liang Hadangan, Gua Singa Baraja di kecamatan Haruyan. Susaya dayak di pegunungan meratus melakaukan berbagai upacara adat antar lain untuk menerima tamu, perkawinan dan panen hasil pertanian merika. Rumah penduduk adalah rumah panggung dengan tiang kayu, sedangkan lantai, diding dan atap terbuat dari bamboo atau anyamam bamboo.







•    Selasa, 06 Juli 2010
Selasa, 06 Juli 2010 pesiapan di mulai untuk melsayakan kegiatan Jelajah Meratus 2010. Perserta berjumlah 5 orang terdiri dari Bang Ambo, Bang Aan, Acim, Iveh dan saya sendiri (Riza). Pagi-pagi  saya terbagun dari tidur saya. Masih terbayang di pikiran saya sampai sekarang,  tentang sebuah perasaan bimbang antara isayat atau tidak kegiatan ini. Saya coba untuk tidur sejenak tuk melupakan masalah ini, tetapi hal  tersebut tidak merubah apa-apa. Waktu kian berlalu meninggalkan masa lalu. Matahari semakin tinggi dipuncaknya. Saya langkahkan kaki menuju sekretariat untuk membahas masalah persiapan ini. Dengan perasaan bimbang saya coba untuk bertanya kepada Bang Anggut mengenai PAT dan kegiatan ini,  kemudian Bang anggut berkata kepada saya kalau Kada damini kabila lagi pemantapan, setelah itu saya putuskan untuk mengorbankan PAT tahun ini.
Waktu didinding menunjukkan jam sekitar jam 3 sore, saya pun bergegas pergi kekost Acim untuk menyiapkan hal-hal yang perlu diperjalanan ini. Setelah sampai dsekretariat saya dan Acim membuat daftar alat-alat yang diperlukan dan Logistik yang diperlukan. Tidak lama kemudian datanglah Iveh yang bergabung sebagai tim Jelejah Meratus ini. Iveh adalah AM  angkatan 2008 yamg belum menyelesaikan proses untuk menjadi anggota penuh  Kompas Borneo. Berhubung kami akan melsayakan pemantapan jadi dia ikut dengan kami.
Hari semakin sore, suara azan asar pun terdengar dibenak saya dan kemudian saya putuskan untuk membeli perlengkapan dan logistik yang diperlukan setelah asar. Setelah waktu asar berlalu kamu pun bergegas pergi belanja. Waktu itu saya dan Acim dikasih uang 300 ribu oleh ka Shinta untuk membeli perlengkapan dan kami pun pergi ke pasar lama untuk membeli kaca lampu badai, speritus dan kulit roti. Setelah membeli semua itu kami pun pulang kesekretariat dan menyerahkan sisa uang belanja kepada Iveh, buat belanja logistic. Waktu didinding menunjukan jam 17.00 am dan saya putuskan untuk pulang ke kost untuk menyiapkan pakaian yang diperlukan selama diperjalanan.
Sehabis magrib saya kembali melangkahkan kaki saya ke sekretariat untuk menyiapkan dan mem packing semua keperluan yang diperlukan selama diperjalanan. Sehabis packing saya pun tidur, karena besuk harus bangun jam 07.00 pagi, berhubung mobil taksi yang kami pesan untuk mengantar kami ke Barabai, jam 07.00 pm datang menjemput. 

•    Rabu, 07 Juli 2010
Pagi-pagi  saya terbangun dari tidur dan saya lihan sekeliling saya, bergegas saya ambil air wudhu dan langsung shalat subuh. Setelah shalat, saya lihat jam didinding sudah menunjukkan jam 06.30 am didalam hati saya bertanya-tanya kemana Acim jam segini masih belum  datang juga, padahal jam 07.00 am kami harus sudah berangkat menuju kabupaten Hulu Sungai Selatan. Waktu telus berjalan, matahari semakin jelas menampakkan sinarnya. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil taksi dimuka sekretariat dan kami pun bergegas mengangkat perlengkapan yang diperlukan diperjalanan kedalam mobil taksi. Setelah itu kami berdoa untuk keselamatan kami diperjalanan.
Waktu itu  terjadi sedikit perubahan  rencana, yang semula rencananya berangkat lima orang tetapi hanya empat orang. Hal tersebut dikarenakan bang Ambo masih ada urusan yang harus diselesaikan di kampus dan akan menyusul besuk harinya. Ya sudahlah, kata saya dalam hati,  yang penting kami harus tetap berangkat.
Selama didalam taksi saya hanya mendengarkan musik dari handpon saya  dan sekekali saya sembari menengok kiri kanan jalan yang dipenuhi sampah dan debu jalanan. Waktu terus berjalan tanpa ada yang bisa menghentikannya. Ketika waktu menunjukan jam 11.30 am, taksi pun berhenti disebuah warung makan didaerah Ranatau untuk makan dan minum. Dan kami pun turun untuk makan disebuah warung makan. Tetapi Acim tidak mau turun dari taksi, entah apa yang terjadi pada anak ini. Setelah kami paksa ia pun tetap bersikeras tidak mau turun. Kemudian dia berkata “kaina saya nyusul”, setelah itu ya terpaksa kami tinggalkan dengan sebuah pertanyaan dihati saya. Setelah habis makan kami pun kembali naik ke taksi untuk melanjutkan perjalanan. Perut kenyang, mata ngantuk, ya enaknya tidur dan saya pun tidur sembari mendengarkan musik.
Memasuki kabupaten HST saya pun terbangun dari tidur saya. Tak terasa kami sudah hampir sampai di daerah Birayang. Supir taksi yang dari tadi mengendalikan mobilnya kini mulai keluar masuk jalanan kecil yang hanya bisa dilewati satu mobil saja. Setelah keluar masuk jalan sempit tersebut, kemudian supir mengantarkan kami ke terminal Birayang.
Kami sampai disana sekitar jam 02.00 siang dan kemudian melanjutkan perjalanan ketempat guru Anang yang merupakan senior kami. sesampai disana kami hanya bertemu adiknya saja, ternaya beliau masih berada ditempat istrinya. Sembari nyantai dimuka rumah sambil berbincang-bincang ringan, saya lihat jam didindng mesjid menunjukkan jam 02.00 am. Setelah itu saya ajak Acim untuk shalat zuhur dan kami pun mengambil air wudhu di mesjid samping rumah guru Anang tersebut. Sehabis menyelesaikan shalat  zuhur kami kembali duduk didepan rumah guru Anang dan memutuskan untuk naik ojek menuju Tandilang.
Sekita 40 menit perjalaan kami tempuh untuk mencapai Tandilang, dengan biaya 25.000 / orang. Sesampai di Tandilang kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Batu Kembar. Sekitar 2 jam perjalan kami tempuh dengan berjalan kaki  untuk mencapai Batu Kembar yang merupakan desa tempat kami bermalam. Waktu sudah menunjukkan jam 06.00 am kami pun langsung pergi kerumah Julak untuk beristirahat. Setah sampai disana saya pun langsung membuka tas carier yang saya bawa, untuk mengambil baju dan bergegas mandi. Sehabis mandi di sungai yang berada dibelakang rumah julak, saya pun langsung pergi kemesjid dengan Acim untuk shalat magrib berjamaah. Sehabis shalat berjamaah di mesjid, kami pun kembali kerumah Julak untuk istirahat.  Sembari minum teh kami berbincang-bincang ringan dengan julak yang berada diruang belakang rumah Julak. Setelah itu kami pun tidur untuk memulihkan tenaga buat besok. 
•    Kamis, 08 Juli 2010
Sekitar jam 07.30 pagi, saya terbangun dari tidur saya dan saya lihat Acim sudah tidak ada lagi disebelah saya. Ternyata Acim sudah bangun duluan untuk shalat subuh. Kemudian saya pun bangun dan langsung pergi kesungai untuk cuci muka dan shalat subuh. Hari ini kami akan melaksanakan beberapa wawancara kepada penduduk desa dan tutuha kampung mengenai sosial budaya, perubahannya, dan kearipan masyarakat tersebut terhadap alam. Sehabis sarapan pagi saya, Acim dan Iveh beristirah dulu sembari menunggu datangnya kepala desa Hinas Kiri untuk meminta fropil desa tersebut. Semakin lama hari semakin siang jam didinding pun menunjukkan pada pukul 11.00 siang dan kami pun langsung pergi kerumah kepala desa yang bernama Mastur.
  Disana kami mendapatkan data mengenai profil desa dan sedikit wawancara mengenai sosial dan budaya  disana. Hari semakin sori kami pun bergegas pergi kerumah kepala adat  untuk bertanya mengenai adat dan kebudayaan yang ada disana. Dengan ditemani Abon yang merupakan cucu dari Julak mengantarkan kami kerumah kepala adat, tetapi sangat disayangkan, orang yang kami cari tidak ada  ditempat. Menurut informasi yang kami dapat beliau baru turun kedesa pada hari selasa yang bertepatan hari pasar. Jadi kami putuskan untuk kembali kerumah Julak dan istirahat untuk mandi dan makan. Sehabis magrib kami kembali mencari tetuha kampung untuk wawancara.  Dengan ditemani Abon kami pergi kerumah Matarsin yang berada diberada dibelakang rumah Julak. Disana kami hanya mendapatkan sedikit data dari yang kami harapkan.jadi untu melengkapi data tersebut kami harus menunggu kepala desa yang masih berada diladangnya. Karena besuk harus melanjutkan perjalanan kedesa Juhu jadi kami putuskan untuk pergi kesana dalu dan kembali setelah urusan disana selesai.  Waktu sudah menunjukkan jam 21.00 malam, kami  pun bersiapa-siap untuk istirahat.  Sebelum istirahat kami melsayakan evaluasi mengenai apa yang didapat hari ini dan mendissayasikan mengenai bang Ambo yang masih belum datang. Tak lama evaluasi datanglah bang Ambo yang diantarkan Isah yang datang dari pintu belakang rumah Julak  dan seketika pun suasana menjadi rame. Evaluasi pun kami hentikan. Setelah berbincang-bincang ringan kami pun langsung istirahat dikarenakan besuk harus menempuh perjalanan yang amat melelahkan.
•    Jum’at, 09 Juli 2010
Pagi-pagi  saya terbangun dari tidur, seperti biasa saya pergi kesungai untuk cuci muka dan setelah itu saya kembali kerumah Julak untuk masak sarapan pagi. Setelah sarapan pagi, saya dan tim jelajah Meratus, kembali bersiap-siap untuk melsayakan perjalanan kedesa Juhu. Waktu didinding menunjukkan jam 08.00 pagi, kami pun segera bersiap-siap berangkat. Sebelum berangkat kami pamitan dengan Julak dan juga melsayakan foto bareng. Setelah itu kami pun berangkat dengan ditemani Julak sampai kekebun beliau. Kira-kira berjalan sekitar 40 menit saya dan bang Aan yang terlebih dahulu berjalan bertemu dengan sebuah kampung yang bernama Kiyu. Disana kami istirahat sembari menunggu anguta yang lain. Tak lama kemudian merika pun datang. Setelah itu kami mampir sejenak di rumah Isah yang berada didesa tersebut. Sembil menikmati the hangat kami ngobrol-ngobrol ringan. Setelah sekitar 20 menit kami berada disana, kami pun melanjutkan perjalan.
Diperjalanan kami bertemu warga kampung yang sedang mengerjakan proyek pembuatan jalan setapak .
Diperjalan kami disugukan dengan tumbuhan bamboo yang yang rindang dan kesejukan udara  pegunungan Meratus yang menghampar luas bagaikan lautan pepohonan. Dan juga tanjakan yang tiada habisnya membuat tenaga kami semakin habis. Sesekali kami beristirahat dan minum madu yang kami bawa dari Banjarmasin. Setelah berjalan sekitar sejam setengah kami pun tiba pada tanjakan yang akrab dikenal dengan tanjakan tiranggang. Dengan kemiringan sekitar 40® kami pun berusaha untuk tetap semangat mendakinya. Langkah demi langkah saya ayunkan kaki saya, peluh yang keluar dari tubuh tidak habisnya mengalir. Hari pun semakin siang, dalam pikiran saya terlintas pertanyaan ‘kapankah istirahat siang’. Waktu sudah menunjukkan jam 01.00 siang, kami pun sampai pada sebuah persimpangan yang disana terdapat tulisan Juhu dan Sungai Karuh. Disanalah kami beristirahat dengan memakan sayalit roti yang kami bawa, dengan dikasih olesan madu, menambah kenikmatan roti tersebut. Setelah sekitar 30 menit kami beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan kejuhu. Turunan yang  tiada habisnya membuat kaki saya terasa sakit, tetapi rasa tersebut sedikit terobati dengan pemandanan disekitar yang ditumbuhi pepohonan besar dan tumbuhan bamboo.
Langit yang tadinya cerah kini berubah mendung dan ditambah lagi rasa haus yang mulai merasuk tenggorokan ini semakin menjadi-jadi. Waktu terus berjalan, hari semakin gelap, sumber air pun belum ditemukan. Medan perjalanan yang tadinya akar dan daun-daun pohon, kini berubah menjadi tanah laiat yang berwarna oranye, tentunyan dengan medan yang seperti itu  ditambah lagi turunan yang tiada henti membuat kami banyak yang terpleset. Orang yang paling banyak terpleset adalah Eveh, hampir sepuluh kali ia terpleset. Dari jauh ditelianga saya terdengar suara sungai. Entah itu hanya halusinasi atau sungai beneran. Mendengan suara tersebut membuat saya bersemangat lagi untuk menemukan sungai tersebut.
 Waktu sudah hampir jam 4 sore danakhirnya suara itu pun semakin dekat dan semakin dekat. Ternyata disana ada sebuah sungai kecil yang mengalir dari atas bukit. Disanalah kami kembali mengisi perbealan air sedikit lebih banyak, hal tersebut dikarenakan kami tidak tau didepan nanti akan menemukan sungai lagi atau tidak sebelum malam tiba. Rintik hujan sudah mulai turun dari langit, kami pun berteduh diwah plaiset yang kami bawa. Dibawah plaiset tersebut kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan walau pun hari masih hujan.
Jalan yang sudah mulai landai dengan genangan-genangan air hujan yang mengalir ketempat yang lebih rendah mengiringi langkah kami. Ternyata tak lama kemudian didepan kami terhampar sebuah sungai besar yang diatasnya membentang sebuah jembatan gantung ang sudah  mulai rapuh termakan jamam. Hujan semakin deras, jembatan gantung pun kami seberangi. Sesampai diseberang, kami kembali disambut dengan tanjakan tanah yang licin. Dalam otak saya terpikir kapan kami akan berhenti untuk istirahat makan malam dan tidur dalam tenda. Rasa lelah semakin menjadi-jadi, hal tersebut terlihat dari wajah kami masing-masing. Dan orang yang paling kelihatan lelah adalah Eveh, beberapa langkah berjalan dia istirahat. Hal yang paling ditsayatkan adalah kambuhnya sesak nafas Eveh.
 Hari semakin gelap, akhirnaya kami menemukan sebuah sungai yang air nya keruh karena habis hujan. Disekiatar sana kami mencari tempat yang aman dari arus air baah untuk mendirikan tenda. Waktu itu saya, Eveh dan bang Ambo hanya menunggu dipinggir sungai  dan Acim dan bang Aan pergi naik keatas bukit untrnayuk mencari tempat yang landai untuk mendirikan tenda. Akhirnya, setelah sekitar 10 menit merika pun kembali da memberitahukan bahwa diatas ada tempat yang bagus untuk mendirikan tenda. Dan kami pun langsung bergegas kesana dan disanalah kami mendirikan tenda.
Hari yang semakin gelap dan badan yang mulai menggigil membuat kami agak sedikit susuh untuk mendirikan tenda, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat saya untuk berusah yang terbaik untuk kami semua.  Akhirnya setelah  sekitar 30 menit tenda pun berdiri dan kami pun duduk bersaama untuk masak buat makan malam. Menu mala mini adalah ayam  goring dan sayur tumis. Sehabis makan kami adakan evaluasi sebentar dan langsung tidur. Waktu itu saya setenda dengan bang Ambo dan Eveh dan Acim an bang Aan.
•    Sabtu, 10 Juli 2010
Pagi sekitar jam 7 saya terbangun dari tidur dan sayalihat Acim juga sudah bangun dan kemudian saya ajak Acim untuk pergi kesungai untuk cuci muka dan siakt gigi. Sehabis itu kami kembali kecamp untuk masak dan mempacking kembali tenda dan barang-barang untuk kembali melanjutkan perjalan menuju kampung Juhu. Sehabis makan dan packing kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Jalan yang mulanya hanya tanjakan yang tak berarti kini berubah sangat terjal dengan kemiringan mencapai 50® mebuat semangat sedikit bersayarang. Diperjalanan kami bertemu beberapa anak-anak dan orang dewasa. Ternaya merika adalah penduduk Juhu yang merupakan desa yang ingin kami capai. Disana kami bertanya “Bukit apakah ini? Dan merika menjawab bukit kilai  dan kemudian bertanya apakan ada banyu diatas dan merika bilang ada disana sumber mata air, ya kira-kira setengah jam perjalan kalau orang kampung, tetapi bagi orang biasa bisa lebih dari sejam. Ternya hal tersebut benar. Setelah berjalan sekitar satu ajm setengah , akhirnya kami menemukan mata air dan disanalah kami mengisi botol air mineral yang agak besar sebagai bekal buat masak kalua-kalau tidak menemukan air lagi buat masak siang. Dan perjalanan pun kami lanjutkan. Tak lama kemudian kami kembali menemukan sungai kecil. Hal tersebut membuat rasa sia-sia perjungan membawa air dari tadi. Tetapi apa boleh buat nasi sudah jadi bubur dan bubur tak akan jadi nas lagi dan disanalah kami masak siang. Menu siang ini adalah cuma masak mie saja hal tersebut agar tidak banya buang waktu. Setelah makan siang kami pun melanjutkan perjalanan dengan dihadang tanjakan yang tiada habisnya. Waktu itu saya dan Acim duluan dikit. Sekitar 2 jam perjalanan kami tempuh dan akhirnya kami sampai pada puncak Gunung Kilai dengan ketinggian mencapai 1000 (mdpl) tentunya tumbuhan disekitar dipenuhi lumut-lumut hijau. Sembari menunggu yang lain, kami duduk santai diatas puncak yang sangat sejuk. Tak lama kemudian merika pun datang.  Setelah kedatangan merika kami kembali melanjutkan perjalan untuk menuruni Kilai. Waktu itu  saya dan Acim kembali duluan turun dengan berlari. Semakin curan turunan semakin cepat kami berlari. Setelah merasa cusayap jauh Eveh, bang Ambo dan bang Aan ketinggalan, kami putuskna untuk istitahat dan menunggu merika. Tetapi setelah lama menunggu dan merika tak datang, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Karena yang kami hadapi cuma tanjakan ya kami terus berlari dan berlari, hingga sampai pada suatu pohon basar yang tumbang dan waktu saat itu menunjukkan jam 03.00 sore, kami putuskan untuk menunggu merika sampai datang.
Waktu demi waktu terus berjalan, kira-kira sudah sejam kami menunggu dan badan saya mulai kedinginan. Sudah sekitar dua jam kami menunggu, tetapi merika tidak datang dan saya pun membuat api unggun kecil untuk mengusir dingin dibadan saya. Tak lama kemudian datanglah yang ditunggu-tunggu. Dan kami pun melanjutkan perjalanan  secara bersama-sama.
Hari semakin gelap, suara burung Anggang pun semakin jelas terdengar ditelinga. Tak lama kemudian terdengar suara air sungai yang menyeruak menuruni bukit dan kami pun tiba pada suatu turunan yang curam yang ternyata dibawah turunan tersebut ada sebuah sungai. Hari yang sudah malam membuat kami tidak bisa menemukan jalan lagi. Berhubung hal tersebut terpaksa kami nginep dipinggir sungai. Hari yang kembali gerimis dan ditambah lagi daerah pingiran sungai dipenuhi batu-batu yang membuat kami tidak bisa mendirikan tenda. Beruntung disana ada sebuah bivouc alam yang sudah berdiri. Mungkin bivouc tersebut  bekas tempat orang kemalaman dijalan juga. Melihat kondisi bivouc yang masih bisa digunakan, kami putus kan untuk tidur disana.
Setelah bersih-bersih badan kami masak dan makan. Sehabis makan hujan pun semakin deras, kami pun bersayampul dalam bivouc yang sudah dilapis dengan plaiset agar tidak basah badan kami. Dengan kondisi bivouc yang yang kecil membuat kami harus berdempet-dempet. Beruntung hari mulai reda dan bang Aan tidur diluar karena tidak muat.
•    Minggu, 11 Juli 2010
Pagi-pagi saya terbangun dari tidur saya dan langsung mandi disungai samping camp kami. Sehabis itu saya masak dengan Acim. Waktu itu saya menemukan seekor kepiting sungai dan saya putuskan untuk bikin sup kepiting ala kadaraya. Setelah makan kepiting kami pun melanjutkan perjalan yang tak jauh lagi.  Sekitar dua jam perjalanan kami tempuh dengan medan tanjakan tanah yang licin, membuat kami harus bersusah payah mendakainya. Dan akhirnya tibalah pada sebuah kebun diatas bukit. Secara logika kalau ada kebun berarti dekat kampung, tapi hal tersebut tak selamanya benar, khususnya di Juhu. Tentunya setelah sampai puncak kami harus turun lagi. Matahari makin tinggi dan akhirnya kami pun bisa melihat tanda-tanda kehidupan pada sebuah kampung yang dikelilingi bukit.
Kami yang sudah mulai lelah sangat bersyusayar akhirnya sampai juga. Kami pun langsung pergi kebalai adat yang disana sudah ada Acim dan bang Aan yang terlebih dahulu sampai. Saya letakkan tas carier saya di teras balai dan kemudian duduk dibangsaya yang ada dimuka balai tersebut dengan ketua RT dan satu orang warga desa. Setelah ngobrol sebentar kami dipersilahkan istirahat di balai adat merika.setelah itu kami mandi dan istirahat kemudian sorenya jalan-jalan untuk melihat kampung sekitar. Setelah malam tiba ,  saat kami ingin istirahat, tiba-tiba datanglah warga kampung untuk bailang kepada kami. Sebagian dari merika ada yang membawa beras untuk kami. Itu  merupakan suatu adat merika untuk menghurmati tamu.
Sambil berbincang dengan ditemani teh dan kopi yang kami sediakan ala kadarnaya sebagai balas jasa kepada merika. Malam semakin larut, satu persatu merika kembali kerumahnya masing-masing dan setelah merika pergi semua, kami pun tidur.
•    Senin, 12 Juli 2020
Pagi yang cerah menyambut kami di pagi ini. Hari ini kami akan melihat-lihat sekolah Gusdur yang ada dikampung tersebut. Sehabis makan pagi kami pergi kesekolahan tersebut.  Disana kami bertemu guru Ijun yang merupakan guru honorer yang ada disana. Guru Ijun baru satu hari mengajar disana. Ia merupakan putra daerah Juhu yang kembali mengabdi untuk desanya setelah menamatkan sekolah menengah atas. Disana kami berkenalan dengan para murid yang baru masuk sekolah setelah libur dua minggu. Disana kami juga membantu mengajar sebisa kami. Satu persatu dari kami mencoba berbagi ilmu kepada para murid. Waktu itu Iveh yang pertama mencoba untuk mengajar dan saya sama Acim wawancara dengan guru Ijun. Setelah kami semua mencoba mengajar dan wawancara dengan guru Ijun, kami pun langsung pulang ke balai untuk istirahat dan makan siang.  Sehabis makan siang kami langsung istirahat.  Pada sore harinya kami bertiga pun banggn dari tudursaya dan langsung mandi dan habis mandi kami duduk diteras belakang balai adat sembari menikmati ketenangan kampung pedalaman.
 Matahari kini semakin tak terlihat lagi dihadapan kami lagi. Dan kami pun masuk  kembali ke balai untuk menyalakan lampu berhubung hari sudah malam. Sehabis itu kami pun masak untuk makan malam dan tak lama kemudian datanglah pamakal Kinan. Seorang pamakel yang sangat hebat menurut saya, ketika beliau menceritakan perjuangan dia untuk memajukan pendidikan disana. Setelah bercerita panjang dan libar, akhirnya merika pun kembali kerumahnya masing-masing. Kami pun makan makanan yang tadi kami masak dan tertunda untuk makan berhubung ada tamu. Setelah makan kami pun tidur.
•    Selasa, 13 juli 2010
Seperti biasa saya bangun pagi dan  untuk agenda hari ini yaitu wawancara mengenai adat disana. Sehabis makan pagi kami langsung bergerak untuk mencari responden, tetapi sebelum itu kami kembali mengunjungi pa Ijun disekolah karena Acim masih mau bertanya-tanya banyak dengan guru Ijun. Setelah itu  Acim dan Iveh kembali ke Balai, tetapi saya keliling kampung untuk wawancara. Sehabis itu  saya kembali ke balai, tetapi ternya merika ada dirumah ketua Rt. Disana merika ngobrol-ngobrol dan saya pun isayat masuk untuk isayat bercengkrama dengan disugukan Aing Laang yang merupakan air dari pohon aren.  Setelah itu kami kembali ke balai untuk istirahat dan makan siang. Sehabis istirahat kami mandi dan santai di teras belakang sampai malam tiba.  Saat malam tiba kami masak untuk makn malam, tetapi saat  kami masak datnglah guru Ijun yang mengundang kami kerumah kepala desa. Dan kami pun bareng-bareng kesana sebelum makan malam. Ternya disana sudah ada bang Ambo yang tadi siang pergi ke lading pamakel untuk melsayakan wawancara. Disana kami ngobrol-ngobrol dan Saya, Acim dan Iveh menbuat gelang Simpai dari paikat yang di bikinkan oleh abah Adit.  Setelah itu kami kembali ke balai untuk makan malam dan setelah makan malam kami kembali kerumah makel Pinan untuk nginap disana. Sebelum tidur kami membicarakan mengenai rencana keberangkatan besuk.
•    Rabu, 14 juli 2010
Seperti biasa saya terbanggun dari tidur saya. Malam ini terasa berbida dari malam-malam sebelumnya hal tersebut dikarenakan mala mini kami tidur enak. Sehabis bangun dari tidur kami kembali kebalai untuk masak dan packing karena kami hari ini melanjutkan perjalanan ke Haraan sebelum mencapai puncak Halau-Halau. Perjalanan ke Haraan ditemani oleh             yang merupakan warga kampung Juhu.  Perjanan ini harus menempuh waktu tujuh jam perjalan dengan medan tanjakan. Gunung yang kami jalani adalah gunung Peniti Batu dengan ketinggian mencapai 1000 (mdpl) membuat kami harus bersusah payah untuk menaklukannya.
Tetapi perjuangan kami tak sia-sia dan akhirnya kami menemukan sebuah kampung dengan jumlah rumah sesayaitar sepuluh buah yang jarak antara rumah yang satu dan yang lain  beseberangan bokiet.
Ketika kami menemukan salah satu rumah penduduk yang ada disana, kami pun disuguhi air teh dan wadai Gagatas yang sengaja dibikin buat tamu dikarenakan besuk aka nada acara  aruh Pasit padi. Setelah minum-minum disana kami pun diantarkan dua orang dari warga yang ada dirumah tersebut untuk menuju balai adat.
Diperjalanan saya bertanya seberapa  jauh untuk mencapainya dan kata merika kalau orang kampung paling setengah jam, jadi untuk orang sepertikami paling cuma sejam.  Tetapi , kenyataannya hampir dua jam kami baru sampai dibalai tersebut.
Karena malam sudah ingin menenggelamkan cahaya matahari ini. Kami pun langsung masuk kebalai dan meletakkan carier kami  dan langsung kesungai untuk membersihkan badan.
Karena  malam sudah menjelma kami pun istirahat. Ditengah-tengah istirahat kami terdengar suara seseorang yang seperti sedang membaca do’a. ternyata kepala adat yang sedang Bamamang atau kalau bahasa kita Berdo’a. karena waktu itu saya lelah banget jadi saya tidur lagi.  

•    Kamis, 15 juli 2010
Pagi-pagi bangun dari tidur kami sudah disiapkan air teh yang manis. Hari ini adalah hari dimana warga akan bersayampul unutkmelsayakan aruh, acara tersebut menurut kepala adat akan dilsayakan pada jam dua siang sampai malam hari. Setelah minum-minum kami dipersilahkan untuk makan. Sehabismakan  kami berbincang-bincang dengan kepala adat mengenai acara tersebut.  Hari yang tadinya pagi kini sudah siang, acara bincang-bincangnya pun kami hentikan.
Tak lama kemudian satu –persatu warga berdatangan kebalai adat dengan membawa Lamang yang dibuat dengan menggunakan batang bamboo sebagai luyangnya.
Waktu sudah hampir menunjukan jam 2 siang, acara pun dimulai dengan disayampulkannya lamang yang dibawa warga kampung di tengah ruangan balai. Setelah itu kepala adat membaca berupa doa-doa (Bamamang).
Kami yang tidak tau banyak mengenai hakekat apa yang dilsayakan kepala adat tersebut hanya diam dan duduk disamping melihat apa yang dilsayakannya. Acara yang tadinya yang saya angap rame, lama kelamaan makin membosankan. Saya yang sudah mulai bosan dengan acara tersebut mengajak Acim unutk keluar berjalan-jalan dan kami pun pergi kekesbuah rumah yang berada diarah belakang balai. Disana kami rencananya membuat gelang simpai, tapi setibanya disananya tidak seperti yang diharapkan. Gelang ang kami inginkan cuma ada satu, hal tersebut dikarenakan bahan bsaya untuk membuatnya sudah habis.
Hari yang semakain sore memaksa kami untuk kembali kebalai adat dan acara yang tadinya kami lihat sudah berakhir, tetapi akan dilanjutan malam nanti dan kami pun istirahat untuk menynggu malam tiba.
Setibanya malam acar pun dilanjutkan. Untuk acara malam ini yaitu Batandik, Batandik  merupakan sejinis tari-tarian khas masyarakat adat dayak.
Dengan mata masih mengantuk, saya cuba untuk menikmati tarian tersebut. Acim yang tadinya cuma melihat tarian tersebut, kini juga isayat menari, walaupun takselincah kepala adat. Hentakan kaki kelantai bamboo dengan diiring lantunan gendang menambah semangat para warga. Iveh yang tadinya Cuma duduk kini pun tertarik untuk mencobanya. Entah mengapa saya tak bersemangat malam itu untuk isayat mencobanya. Seiring dengan semkin larutnya malam, acara pun berhenti dengan diakhiri makan Bubur Ketan. Setelah itu semua nya tidur istirahat.      

•    Jum’at, 12 juli 2010
Pagi yang kembali mendung menyambut kami pagi ini. Hari ini kami bermaksud menuju puncak Halau-halau dengan ketinggian 1900 (mdpl). Setelah bangun pagi kami langsung masak dan packing. Sehabis makan kami bersiap-siap berangkat sembari pamitan dengan warga kampung dan kepala adat. Setelah pamitan kami diantakan anak kepala adat kepersimpangan agar kami tidak salah jalan.  Sesampai dipersimpangan kami berterimakasih telah diantarkan dan kami berempat pum melanjutkan perjalanan.
jalan yang kami lalui kali ini hanya berupa tanjakan yang terjalal, hal tersebut dikarenakan semakin dekat dengan puncak. Tanjakan demi tanjakan kami lalui, pohon demi pohon kami lewati. Tak terasa waktu suda jam2 siang, dalam pikiran saya terpikir pantasan lapar perutsaya. Tetapi perjalanan tetap kami lanjutkan sampai simpangan Haraan dan puncak Halau-Halau, disanalah kami istirahat dan makan  cemilan  untuk pengnjal perut sebulum kepuncak. Rencananya disana kami akan masak makan siang walau pun harinya sudah sore.
Perjalan pun kami lanjutkan. Sudut kemiringan tanjakan semakin menjadi-jadi membuat kaki saya tersa sakit, tapi hal itu tak menyrutkan niat saya untuk mencapai tanah tertinggi Kalimantan selatan. Sebelum kepuncak kami harus mencapai base camp terakhir yaitu di Penyaungan. Sesampai disana kami meninggl kerier yang kami bawa untuk menuju puncak. Dengan menbawa bahan makan seadanya kami pun menuju puncak. Waktu itu Acim sudah terlebih dahulu menunggu diatas didekat puncak. Diperjalanan kami menemukan Acimyang menunggu kami untuk bersama- sama menju puncak. Kami pun bersama-sama pergi kepuncak. Tak terbayang sesampai dipucak alangkah indahnya pulau diatas awan dengan lautan yang dikelilingi hutan. Disana kami pun langsung masak karena sudah sangat lapar. Sembari menikmati keindahan lautan hutan gunung kami bercanda-canda disana.  Sehabis masak-masak dan makan kami pun langsung turun karena hari sudah semaki sore. Tujun kami selanjutnya mencari tempat buat camp yang didekat sumber mata air. Tak jauh dari Penyaungan ada terdapat sumber mata air dan disanalah kami ngcamp. Malam yang sudah hampir menjelang malam, jadi kami bergegas mengambil air dan mendirikan tenda. Sehabis itu kami masak untuk makan malam dan sehabis makan malam kami langsung tidur karena sudah ngantuk.
Tiba-tiba di tengah tidur hari hujan dan tenda kami pun basah. Saya yang waktu itu tidur diujung tenda basah sayayup. Jadi, mala mini tidak bisa tidur enak.
•    Sabtu, 13 juli 2010
Hari ini kami  berniat kembali kedesa Hinas Kiri. Seperti biasa kami bangun tidur sekitar jam 8 pagi dan kemudian langsung masak. Sehabis masak, makan, packing dan langsung berangkat pulang. Hari ini kami banyak menuruni tanjakan saja, jadi kami bisa lebih cepat sampai ditujuan. Tetapi, kenyataan tidak seperti diharap. Kami harus  bersabar menghadi cewe yang isayat dalam perjalan kami.  Perjalan yang kami rencanakan akan sampai  didesa bisa sampai hari ini, tapi kenyataannya tidak. Sesampai di Sungai Karuh yang disana terdapat air terjun dengan ketingian hampir 30 meter dengan nama Air Terjun Gusdur. Disanalah kami masak untuk makan siang sembari beristirahat. Sehabis makan kami melanutkan perjalanan ada dua buah sungai kami lalui sebelum sampai kesungai ketiga yang meruakan tempat camp kami terakhir. Malam ini kami akan makan sayur jantung pisang yang diambil diperjalan menuju tempat ini. Dengan bumbu dapur seadanya kami memcoba membuat makanan yang enak. Kami membagi tugas, ada yang mendirikan tenda dan juga ada yang masak. Sesudah makanan masak kami makan bersama. Tak disangka jantun pisang yang tadinya dimasak terasa enak, mungkin karena kami lapar, jadi semuanya terasa enak. Sehabis makan enaknya ya, tidur… kami pun tidur.
•    Minggu, 13 juli 2010
Pagi bangun tidur, masak dan siap-siap melanjutkan perjalanan, sudah merupakan ritual yang terus dilsayakan selama perjalan ini berlangsung. Hari ini merupakan hari terakhir dihutan, dengan semangat menggebu-gebu kami melsayani perjalan hari ini. Hal tersebut dikarenakan hari ini kami akan kembali kekampung. Hari ini saya berada dibarisan depan perjalanan. Dengan semangat saya ayunkan langkah kaki saya, jalan yang mulai landai membuat saya bertambah semangat. Hal pertama dipikiransaya yaitu mencapai simpang tiga Panitiranggang. Sekitar dua jam perjalanan saya jalani hingga tiba pada simpangan tersebut. Karena saya yang didepan perjalan, jadisaya yang sampai terlebih dahulu disana dan menunggu yang lain.  Tak lama kemudian merika pun datang dan langsung istirahat. Sambil beristirahat kami gnobror-ngobror ringan. Ditengah-tengan perbincangan Acim berkata kepada Iveh “kami hsayan nai membawan karer Qam, asal qam bukah”. Setelah itu Iveh setuju dengan syarat tersebut dan karier nya pun dibawan Acim. Dengan semangat Acim membawa karier tersebut menuruni tanjakan Tiranggang. Kami berdua terlebih dahulu menuruninya dengan disusul Iveh dan bang Ambo. Sekitar setengah perjalan Acim meminta saya unutk menggantikannya membawa karier tersebut, dan saya pun menggantikanya untuk membawanya hengga sampai persimpangan tanjakan Tiranggang. Kami yang terlebih dalu sampai duduk unutk istirahat. Dan tak lama kemudian Iveh pun datang dengan diiring bang Ambo. Rencananya kami ingin melanjutkan membawakan carier tersebut, tetapi bang Ambo menyuruh kami mengembalikannya karena jarang yang kami tempuh sudah sangat dekat. Dan perjalanan pun kami lanjutkan menuruni tanjakan hingga sampai pada sebuah sungai yang dihari pertama perjalanan kami temui.  Disungai tersebutlah kami masak untuk makan siang, walau pun hari sudah menjelang sore. Setelah makan dan istirahat sebentar, kami pun melanjutkan perjalanan menuju disa Hinas Kiri dengan terlebih dahulu melewati desa Kiyu. Sekitar setengah jam perjalan kami tempuh untuk sampai dirumah Julak. Alakahkah senangnya bisa kembali lagi kerumah julak. Kami yang sangat merasa letih langsung saja mandi untuk membersihkan badan dan istirahat.
•    Senin , 14 juli 2010
Sambut pagi dengan senyum, bukan karena hari ini kami kembali ke Banjarmasin, tetapi senang karena masih bisa hidup. Agenda kami hari ini melengkapi data yang masih sayarang tentang adat di desa Hinas tersebut. Habis makan pagi kami pergi ke sekolahan SMP dan SD yang ada didesa tersebut untuk sedikit wawancara.  Setelah itu kami pergi kerumah Kepala adat, tetapi kami tidak bertemu lagi karena beliau masih dikebun. Dan kami pun kembali ke rumah Julak. Diperjalan kami terlebih dahulu membeli sayur untuk masak siang. Sehabis masak siang kami pun istirahat, karena badan ini masih terasa letih.
Malam harinya kami pergi ke asrama Juhu untuk bertemu orang-orang kampung Juhu. Disana kami bertemu anak-anak Juhu yang bersekolah di desa Hinas Kiri. Habis itu kami pulang ke rumah Julak, tetapi sebelum itu kami mampir ke Rumah warga yang sedang sakit dan disana dilsayakan pengobatan dengan cara Babalian. Habis dari sana kami langsung tidur karena besok pagi balik ke Banjarmasin.
•    selasa, 15  juli 2010
COME BACK bajarmasin. Alangkah senangnya hari ini bisa kembali ke Banjarmasin. Bangun tidur mandi, makan, packing, dan siap – siap pulang. Dari Hinas Kiri kami naik taksi angsayatan penumpang yang balik dari berjual didesa Hinas. Sebelum pulang kami pamit dengan warga kampung dan yang utama pamit dengan Julak yang banyak membantu kami. Setelah semuanya  beres  kami pun balik. Taksi yang kami naiki ini hanya sampai Birayang, jadi akmi dari Birayang naik taksi yang lain lagi.
Sesampai di Birayang kami sudah disambut bang Encek dan bang Amak, dan kamipun diajak makan-makan. Sehabis makan bang Amak menelpon ka Novi yang kemudian menumpang dengan nya untuk ke Banjarmasin. Kami pun dijemput dari rumah makan dengan mobilnya. Tetapi terleh dahulu kami ke rumah ka Novi untuk menjemput ka Novi dan habis itu kami pun berangkat ke Banjarmasin bersama-sama dengan ka Novi, bang Amak, Sopir ka Novi dan kami bertiga. Diperjalan saya hanya tidur  bungun saja, hinga sampai di banjarbaru. Disana bang Amak turung dimuka sebuah warnet, dan perjalan pun berlanjut hingga sampai di Banjarmasin. Sebelum ke sekretariat kami mampir untuk makan terlebih dahulu. Sesudah makan baru kami ke sekteraiat dan disana sudah dipersiapkan acara penyanbutan dengan  dimandii air bunga dan selukan, dan kemudian disusul dengan acara penutupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar